Minggu, 28 September 2014

Lambang MA.Nurus Salam


Wirid Jailany




أللهم صل وسلم على سيدنا ومولانا محمد وعلى أل سيدنا ومولانا محمد 50
ألصلاة والسلام علبك يارسول الله   100
سورة ألواقعة  1
سورة والشمس وضحها  2
سورة ألم نشرح لك صدرك  3
سورة اذازلزلت الارض زلزالها  4
ياهادي ياعليم ياخبير يامبين    100
يا الله ياغفار     يا ألله يا فتاح       يا ألله يارزاق        يا ألله يالطيف ياودود         يا ألله ياسليم يانصير          يا ألله صبار ياشكور             يا ألله ياقوي يامتين       يا ألله ياغني ياكافي         يا ألله ياقاضي الحاجات        يا ألله يادافع البليات      يا ألله يارافع الدرجات                   يا ألله يامحل المشكلات       يا ألله يامبدى السائلات          يا ألله يامجيب الدعوات            يا ألله ياواسع المغفرة          يا ألله ياقهارالأعداء   يا ألله ياحفيظ الأشياء   

الى حضرة النبي المصطفى محمد صلى الله عليه وسلم  شيء لله..ألفاتحة
ثم الى حضرة أبي بكر وعمر وعثمان وعلي وطلحة وزبير وسعْد وسعيدٍ وعبدالرحمن وعبدالرحيم .. والى حضرة شيخنا عبدالقادر الجيلاني قدس الله روحه العزيز شيء لله …الفاتحة 
ثم الى حضرة أمْواتنا وامْواتكم وأمْواتِ المسلمين والمسلما تِ كافَةً عامَةً من مشارق الارض الى مغاربها  شيء لله …الفاتحة  
بسم الله الرحمن الرحيم .  ألحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على سيدنا محمَد.  اللهمَ يا صانعَ كلِ مصنوع ويا جابر كلِ كبيرٍ ويا فاطر كلِ خلائقِ ويامونس كلِ فقيرٍ وياجبًارَ كل عزيز وياكاَشِفَ كل مريضٍ ويارزّاقَ كل مرزوقٍ وياخالق كل مخلوقٍ ويا حافظ كلِ محفوظٍ ويا مالك كل مملوكٍ ويا كاشف كل كُرْبةٍ ويا اّ مِرَ كل أميرٍ قَصِيًا محصِيًا  اَكْرِمْنِيْ  (اَكْرِمْنَا) بِفَرْحٍ مَسْرْوحٍ بقدرةِاللهِ تعالى . أللهم يا ذا الفَضْلِ والاكرام واحْفَظْ (لَنَا) من كل علًةٍ يا سبوحُ يا قُدُوسُ يا ربً الملائكةِ والرٌوحِ انًهُ من سليمان وانه بسم الله الرحمن الرحيم أن لا تعلوا علَيً واتُوْانِيْ مسلمين. برحمتك يا مَنًانُ  يا ذا الاحسانُ. قد عَلِمَ كلً خلائقِ منه . اللهم اجْعَلْ ثـوَابَ ما قَرَاْناهُ من كلامِكَ الحكِيْم  هَدِيَةً ووَسِيلَةً الى حضرةِ عبْدِ القادِر ألجيلاني قدًسَ الله روحَهُ العزيز وبحضرتِهِ سابِغَةً ولِرِفْعتِه درجةً . أللهم اشْـفَعْهُ فينا ولِكافًـةِ المسلمين والمسـلمات والمؤمنين والمؤمنـاتِ  انً اللهَ وملائـكته يصلٌون على النًبِيٍ يا أيٌـهاالذين اّمنوا صلٌو عليه وسلٍموا تسـليمًا و أخِرَ دَعْواهم أنِ الحمد لله ربٍ العالمين . أللهم أعْصمْنـا ما قرَاْنـاهُ وذَكٍرْنـا ما نسيـنا هـديةً مِنًـا لروحِ رسولش اللهِ   صلى الله عليه وسلم  ولروحِ ابي بكرٍ وعمر وعثـمانَ وعَلِيْ وبَـقِـيًةِ الصحـابةِ رَضِيَ اللهُ عنهم أجمـعين . وسـائِرِ ألانبـياء والمُرْ سَلين وعلى عِبـادِك الصـالحين وعلى الملائـكـةِ المُقَـرًبِين وعن التـابِعين وتـابعِ التـا بِعين لهم بِاحْسـانٍ الى يوم الدٍينِ ياربً العالمـين ثُـمً الى روح الحسـن والحُسَـيْنِ وفـاطمةَ الزهْراءِ وخديجةَ الكبْرى وعائسـةَ رضي اللهُ عنـهنً  ثم الى روح القطبي الربـاني سيدنـا الشيخ بحرالدٍين عبدِالقادر الجيلاني ثـم الى روح سلطان العارفـين الامجادي سيدنا الشيخ أبي القـا سم الجنيـدي البغـدادي ثم الى روح العا رفين الهدية صاحبِ الكرامة الاهجابية سيدي بهـاءالدين النقـسا بندي ثـم الى روح أولـياءاللهِ الصـالحين العابدين من مشارق الارض الى مغـاربهـا ولجمـيـع المسلمـين والمسـلمـات والمؤمنـين والمؤمنـات في برٍكَ وبحْرك وقِنـا شَرًالظـالمـين فـانْصُرْنَـا على القوم الكـافرين يا مجيب السـا ئلين أجمعـين واخْتِـمْ لنا منك بالخيـر ويا خيرَ النـاصرين برحمتـك يا أرحـم الراحمـين اللهَ وملائـكته يصلٌون على النًبِيٍ يا أيٌـهاالذين اّمنوا صلٌو عليه وسلٍموا تسـليمًا و أخِرَ دَعْواهم أنِ الحمد لله ربٍ العالمين   ربنـا تقـبًلْ منـا انك أنت السميـع العليـم اّمين يا رب العـالمين  11   يا الله يا رحمـن يا رحيم يا كريم  11     

PENELITIAN SANAD HADITS



PENELITIAN SANAD HADITS
Kegiatan penelitian hadis baik dari segi sanad maupun matan adalah bertujuan untuk mengetahui kualitas hadis yang sedang diteliti, diterima atau tidak, shahih atau dhoif. Adapun faktor-faktor yang mendorong ulama mengadakan penelitian sanad hadis yaitu: (1). Hadis sebagai sumber ajaran agama islam (2). Hadis tidak seluruhnya tertulis pada zaman Nabi (3). Munculnya pemalsuan hadis (4). Proses penghimpunan (tadwin) hadis.[1]

A. Pengertian Sanad
Sanad diartikan sebagai jalan yang dapat menghubungkan hadis kepada nabi Muhammad saw. Dalam ilmu hadis sanad ini merupakan neraca untuk menimbang shahih atau dhoif-nya hadist, andaikan salah seorang dalam sanad-sanad tersebut ada yang fasik atau yang tertuduh pernah dusta, maka hadis tersebut dikatakan dhaif, hingga tak dapat dijadikan hujjah untuk menentukan suatu hukum
Sanad memberi gambaran keaslian suatu riwayat. Sebuah hadist dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan sanad-nya ini disebut thabaqah, signifikansi jumlah sanad dan penutur ini akan mempengaruhi derajat hadis tersebut, jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadis terkait dengan sanadnya adalah:
  1. Keutuhan sanad-nya
  2. Jumlahnya
  3. Perawi akhirnya
Bisa ditarik kesimpulan bahwa sanad merupakan rantai penutur/perowi hadis. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat hadist tersebut dalam bukunya (kitab al-hadits) hingga ke Rosulullah.
Arti Isnad
Sesudah Nabi Muhammad saw wafat, para sahabat juga menyiarkan apa yang mereka dengar atau yang mereka lihat dari Nabi saw, mereka menyiarkan kepada generasi yang hidup pada masa mereka, yaitu generasi Tabi’in. kemudian generasi ini juga menyiarkan apa yang mereka dengar dari generasi Sahabat, kepada generasi selanjutnya yaitu Atba’ Taabi’in (para pengikut Tabi’in). dan begitulah seterusnya, para Atba’ Tabi’in menyiarkan apa yang mereka dengar dari Tabi’in kepada generasi sesudah mereka, sampai keada generasi belakangan
Sistem penyampaian berita dengan menyebut nara sumbernya seperti itu disebut isnad, yang secara kebahasaan artinya menyandarkan. Sementara narasumber berita ini disebut rawi (periwayat), karena ia meriwayatkan berita itu dari orang lain kepada orang lain pula. Dari narasumber yang pertama – dalam hal ini adalah Nabi saw sendiri–sampai nara sumber terakhir akan terbentuk silsilah atau jalur periwayatan yang kemudian lazim dikenal dengan sebutan sanad
Usaha seorang ahli hadis dalam menerangkan suatu hadis yang diikutinya dengan penjelasan kepada siapa hadis itu disandarkan, maka ini disebut meng-isnad-kan hadis. Hadis yang telah disandarkan oleh si-musnid (orang yang meng-isnad-kan) disebut dengan hadis musnad
B. Melakukan Al-I’tibar
Sebelum dilakukannya al-I’tibar terlebih dahulu dilakukan kegiatan takhrij[2] hadis sebagai langkah awal penelitian untuk hadis yang akan diteliti, maka seluruh sanad hadis dicatat dan dihimpun untuk kemudian dilakukan kegiatan i’tibar.
Pengertian Takhrij
Tahrij dalam bahasa memiliki beberapa arti, yaitu al-istinbath artinya mengeluarkan, al-tadrib artinya melatih atau pembiasaan dan al-tarjih artinya menghadap. Sedangkan menurut istilah adalah takhrij dalam hubungannya dengan kegiatan penelitian hadis lebih lanjut, yaitu takhrij berarti penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab-kitab koleksi hadis sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan matarantai sanad yang bersangkutan.
  1. Arti dan kegunaan Al-I’tibar
Kata al-i’tibar merupakan masdar dari kata اعتبر (i’tabaro). Menurut bahasa, arti al-i’tabaro adalah”peninjauan terhadap berbagai hal dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis”.
Menurut istilah ilmu hadis, Al-I’tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanad-nya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis dimaksud
Dengan dilakukannya al-i’tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan. Jadi, kegunaan al-i’tibar adalah untuk mengetahui keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya pendukung berupa periwayat yang berstatus mutabi’ atau syahid (dalam istilah ilmu hadis biasa diberi kata jamak dengan syawahid) ialah periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat nabi. Melalui al-i’tibar akan dapat diketahui apakah sanad hadis yang diteliti memiliki mutabi’ dan syahid ataukah tidak.[3]
  1. Pembuatan skema sanad
Dengan demikian, untuk memperjelas dan mempermudah proses kegiatan  al-I’tibar, diperlukan pembuatan skema seluruh matarantai sanad hadis yang akan diteliti. Dalam pembuatan skema, ada tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian, yakni:
1)      Jalur seluruh sanad, artinya dalam melukiskan semua jalur sanad, garis-garisnya harus jelas, sehingga dapat dibedakan antara jalur matarantai sanad satu dengan yang lain.
2)      Nama-nama periwayat untuk seluruh matarantai sanad, artinya nama-nama perawi yang akan dicantumkan itu, harus lengkap, meliputi seluruh nama, mulai dari perawi pertama (yaitu sahabat yang menerima langsung dari Nabi) sampai pada mutakharrijnya (seperti Bukhari, Muslim dan lainnya)
3)      Metode periwayat hadis yang digunakan oleh masing-masing periwayat, sebab metode yang dipergunakan oleh masing-masing beragam, sehingga pencantuman kode-kode periwayatan hadis dalam skema harus dilakukan secara cermat dan hati-hati, sebab metode yang dipergunakan oleh para perawi itu bermacam-macam.
Contoh :                                                           …………من رأى منكم منكرا
Dalam melakukan penelitian hadis ini, yang harus dilakukan lebih dahulu adalah melacaknya dari berbagai macam kitab koleksi para kolektor hadis, diantaranya adalah pada kitab-kitab sbb:
1)      Shahih Muslim, Juz: 1 hal 69
حدثنا أبو بكر بن ابى شيبة حدثنا وكيع عن سفيان.خ- وحدثنا محمد بن المثنى. حدثنا محمد بن جعفر حدثنا شعبة كلاهما عن قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب وهذا حديث أبى بكر. فقال: أول من بدأ بالخطبة يوم العيد قبل الصلاة مروان. فقام إليه رجل. فقال: الصلاة قبل الخطبة. فقال: قد ترك ماهنالك. فقال أبو سعيد: أما هذا فقد قضى ما عليه. سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من راى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضهف الإيمان (أخرجه مسلم)
2)      Sunan al-Turmudzi, Juz: III, hal: 317-318
حدثنا بندار أخبرنا عبد الرحمن بن مهدى أخبرنا سفيان عن قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب قال: أول من قدم الخطبة قبل الصلاة مروان. فقال لمروان: خالفت السنة. فقال: يافلان ترك ما هنالك فقال أبو سعيد: أما هذا فقد قضى عليه. سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من راى منكرا فلينكره بيده ومن لم يستطع فبلسانه ومن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان. هذا حديث صحيح (أخرجه الترمذى)
3)      Sunan Abi Dawud, Juz: I, hal: 123
حدسنا محمد بن العلاء, اثنا أبو معويه ثنا الاعمش عن عسماعيل ابن جاء عن أبي سعيد الحدري و عن قيس بن مسلم عن طا رق ابن شهاب. عن ابن سعيد الحدري قال : اخرج مروان المنبر فى يوم عيد فبدأ بالخطبة قبل الصلاة. فقام رجل فقال, يا مروان خالفت السنة اخرجت المنبر فى يوم عيد و لم يكن يخرج فيه وبدأت بالخطبة قيل الصلاة, فقال ابو سعيد الحدري : من هذا ؟ قالوا فلان ابن فلان, فقال أماهذا فقد قض ما عليه سمعت رسول الله صل الله عليه و سلم يقول, من رأى منكرا فستطاع ان يغيره بيده فليغيره بيده فان لم يستطيع فبلسنه, فان لم يستطيع فبقلبه و ذلك اضعف الايمان. ( سنن أبي داود)
حدسنا محمد بن العلاء وصناد بن السرى قال ثنا أبو معاويه عن الأعمش عن اسمعيل بن رجاء عن أبي سعيد و عن قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب عن أبي سعيد الحدرى , قال سمعت رسول الله صل الله عليه وسلم يقول ( من رأى منكرا فاستطاع أن يغيره بيده فليغيره بيده )
وقطع هناد بقيه الحديس ( وفاه ابن العلاء)
فان لم يستطيع فبلسانه, فان لم يستطيع (بلسانه) فبقلبه, ذلك أضعف الايمان
( سنن أبي داود : 123)
4)      Sunan Al-Nasa’I, Juz:VIII, hal:111-112
اخبرنا اسحق بن منصور و عمرو بن علي عن عبدالرحمن قال حدثنا سفيان عن الأعمش عن أبى عمارعن عمرو بن شرحبيل عن رجل من أصحاب النبى صل الله عليه و سلم قال. قال رسول الله صل الله عليه وسلم ملئ عمار ايمانا الي مشاشه. أخبرنا محمد بنى بشا ر قال حدثنا عبد الرحمن قال حدثنا سفيان عن قيش بن مسلم عن طارق شهاب . قال أبوسهيد سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قال من رأى منكرا فليغيره بيده فان لم يستطيع فبلسانه فان لم يستطيع فبقلبه و ذلك اضعف الايمان. ( سنن النساءى)
حدسنا عبد الحميد بن محمد . قال حدثان مخلد قال حدسنا مالك بن مغول عن قيش بن مسلم عن طارق بن شهابز. قال. قال أبو سعيد الخدرى سمعت رسولله صل الله عليه وسلم يقول من رأى منكرا فيغيره بيده فقد برئ و لم يستطيع ان يغير بيده فغيره بلسانه فقد برئ ومن لم يستطيع ان يغير بلسانه فغيره بلسانه فقد برئ و ذلك اضعف الايمان.  ( سنن النساءى)
5)      Sunan Ibnu Majah, Juz: I, hal: 406 dan Juz:II, hal:1330
حدثنا ابوكريب ثنا ابو معاوية عن الأعمش عن اسماعيل بن رجاء عن أبيه عن ابى سعيد وعن قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب عن ابى سعيد قال: أخرج مروان المنبر يوم العيد فبدأ بالخطبة قبل الصلاة فقام رجل فقال: يامروان! خالفت السنة أخرجت المنبر يوم عيد ولم يكن يخرج به وبدأت بالخطبة قبل الصلاة ولم يكن يبدأبها فقال أبو سعيد: أما فقد قضى ما عليه سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من راى منكرا فاستطاع أن يغيره بيده فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع بلسانه فبقلبه وذلك أضعف الإيمان  (سنن ابن ماجه)
6)      Musnad Ahmad, Juz: III, hal:10, 20, 49, 52, 53 dan 92
Adapun contoh skemanya untuk perawi shahih muslim adalah sebagai berikut:
Nama
periwayat
Urutan
sebagai periwayat
Urutan
sebagai sanad
  1. Abu Sa’id
  2. Tariq bin Syihab
  3. Qais bin Muslim
  4. Sufyan
  5. Syu’bah
  6. Waki’
  7. Muhammad bin Ja’far
  8. Abu Bakr bin Abi Syaibah
  9. Muhammad bin al-Musanna
  10. Muslim
Periwayat I
Periwayat II
Periwayat III
Periwayat IV
Periwayat IV
Periwayat V
Periwayat V
Periwayat VI
Periwayat VI
Periwayat VII
Sanad VI
Sanad V
Sanad IV
Sanad III
Sanad III
Sanad II
Sanad II
Sanad I
Sanad I
Mukharrijul Hadits
Dengan memperhatikan skema gambar tersebut akan mudah dilakukan kegiatan al-I’tibar. Posisi masing-masing periwayat dan lambang-lambang periwayatan yang digunakan mudah dikenali dengan baik, sehingga dapat diketahui bahwa perawi yang berstatus syahid tidak ada, karena dalam kenyataanya Abu Sa’id merupakan satu-satunya sahabat Nabi saw yang meriwayatkan hadis yang sedang diteliti.
Akan tetapi untuk muttabi’, harus melihat pada masalah jika yang akan diteliti itu sanad dari al-turmudzi, maka Ahmad bin Hanbal merupakan muttabi’ bagi bundar. Bundar dalam hal ini sebagai sanad pertama bagi al-turmudzi, lalu pada sanad ke-II, ke-III dan ke-V bagi sanad al-turmudzi, masing-masing memiliki muttabi’ yaitu waki’ al-a’masy sebagai muttabi’-nya sufyan. Sedang raja’ sebagai muttabi’-nya thariq bin syihab.
Jadi muttabi’ bagi sanad al-turmudzi itu datang dari sanad al-Nasa’I, Ahmad bin Hanbal, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah.[4]
C. Meneliti Pribadi Periwayat dan Metode Periwayatannya
  1. Kaedah keshahihan sanad sebagai acuan
Untuk meneliti hadis, diperlukan acuan. Acuan yang digunakan adalah kaedah kesahihan hadis bila ternyata hadis yang diteliti bukanlah hadis mutawatir. Benih-benih kaedah kesahihan hadis telah muncul pada zaman Nabi dan zaman sahabat Nabi, Imam Syafi’i, Imam Bukhori, Imam Muslim dan lain-lain
Salah seorang ulama hadis yang berhasil menyusun rumusan kaedah kesahihan hadis tersebut adalah Abu ‘Amr ‘Usman bin Abdir-Rahman bin al-salah asy-syahrazuri, yang biasa disebut Ibnus-Salah, adapun rumusannya adalah: Hadis shahih yaitu hadis yang bersambung sanadnya (sampai kepada Nabi), diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dabit sampai akhir sanad, (didalam hadis itu tidak terdapat kejanggalan (syuzuz ) dan cacat (dhaif)
Berangkat dari definisi tersebut dapatlah dikemukakan bahwa unsur-unsur kaedah keshahihan hadis adalah sebagai berikut:
1)      Sanad hadis yang bersangkutan harus bersambung mulai dari mukharrij-nya sampai kepada Nabi
2)      Seluruh periwayat dalam hadis itu harus bersifat adil dan dabit
3)      Hadis tersebut harus terhindar dari kejanggalan dan cacat
  1. Segi-segi pribadi periwayat yang diteliti
Ulama hadis sependapat bahwa ada dua hal yang harus diteliti pada diri pribadi periwayat hadis untuk dapat diketahui apakah riwayat hadis yang dikemukakanya dapat diterima sebagai hujjah ataukah harus ditolak. Kedua hal itu adalah keadilan dan ke-dabit-annya. Keadilan berhubungan dengan kualitas pribadi, sedangkan ke-dabit-annya berhubungan dengan kapasitas intelektual. Apabila kedua hal itu dimiliki oleh periwayat hadis, maka periwayat tersebut dinyatakan sebagai bersifat siqah, istilah siqah merupakan gabungan dari sifat adil dan dabit.
  1. Kualitas pribadi periwayat
Kualitas pribadi periwayat harus adil (adl) menurut bahasa ialah: pertengahan, lurus, atau condong kepada kebenaran. Adapun kriteria adil menurut beberapa ulama ada empat butir sifat adil itu ialah: (1).Beragama islam (2).Mukallaf yakni balig dan berakal sehat (3).Melaksanakan ketentuan agama yakni teguh dalam beragama tidak berbuat dosa besar, bi’ah, dan maksiat. (4).Memelihara muru’ah yakni kesopanan pribadi yang membawa pemeliharaan diri manusia pada tegaknya kebajikan moral dan kebiasaan kebiasaan.
  1. Kapasitas intelektual periwayat
Intelektual periwayat harus memenuhi syarat keshahihan sanad hadis disebut sebagai periwayat yang dhabit. Arti harfiah dhabit ada beberapa macam, yakni dapat berarti yang kokoh, yang kuat, yang tepat, dan yang hafal dengan sempurna. Ulama hadis memberikan rumusan sebagai berikut: 1.Periwayat yang bersifat dabit (tam dabt) adalah periwayat yang (a)hafal dengan sempurna hadis yang diterimanya dan (b)mampu meyampaikan dengan baik hadis yang dihafalnya itu kepada orang lain 2.Periwayat yang bersifat dabit (dabit plus) ialah periwayat yang selain disebutkan dibutir pertama diatas, juga dia mampu memahami dengan baik hadis yang dihafalnya itu.
Pada umumnya, ulama membagi tata cara penerimaan riwayat hadis kepada delapan macam :
a)      Al-sama’ min lafzh al-syaykh: penerimaan hadis dengan cara mendengar langsung lafal hadis dari guru hadis
b)      Al-qira’ah ‘ala al-syaykh: periwayat menghadapkan riwayat hadis kepada guru hadis dengan cara periwayat itu sendiri yang membacanya atau orang lain yang membacakannya dan dia mendengarkan.
c)      Al-jazah: guru hadis memberikan izin kepada seseorang untuk meriwayatkan hadis yang ada padanya baik dengan lisan atau tertulis.
d)      Al-munawalah: cara ini ada dua macam yakni (a) al-munawalah bersamaan dengan ijazah (b) al-munawalah yang tidak bersamaan dengan ijazah yaitu pemberian kitab hadis oleh guru hadis kepada muridnya sambil berucap:”ini hadis yang telah saya dengar” atau “ini hadis yang telah saya riwayatkan” dan guru hadis tadi tidak menyatakan agar hadisnya itu diruwayatkan.
e)      Al-mukatabah: seorang guru hadis menuliskan hadis yang diriwayatkannya untuk diberikan kepada orang tertentu
f)        Al-I’lam: guru hadis memberitahukan kepada muridnya, hadis atau kitab hadis yang telah diterimanya dari periwayatnya.
g)      Al-washiyyah: seorang periwayat hadis mewasiatkan kitab hadis yang diriwayatkannya kepada orang lain.
h)      Al-wijadah: seseorang dengan tidak melalui cara al-sama; atau ijazah mendapati hadis yang ditulis oleh perwayatnya.
Untuk memperjelas penggunaan kata-kata atau pernyataan dalam periwayatan hadis yang termuat dalam sanad, berikut ini dikemukakan Ikhtisar I[5]
3.Kitab-kitab yang diperlukan
Sebelum seseorang melakukan penelitian hadis, terlebih dahulu dia harus mengetahui dan memahami dengan baik berbagai istilah, kaedah dan pembagian cabang ilmu hadis. Adapun kitab-kitab yang diperlukan untuk kepentingan itu cukup banyak. Untuk melakukan penelitian sanad hadis, terlebih dahulu harus dilakukan kegiatan al-I’tibar. Dengan demikian, kitab-kitab yang membahas takhrijul hadits dan kitab-kitab hadis yang ditunjuknya perlu dipelajari dengan baik juga. Arah kegiatan penelitian sanad hadis tertuju kepada pribadi para periwayat hadis dan metode periwayatan hadis yang mereka gunakan. Dengan demikian kita-kitab rijal hadis yakni kitab-kitab yang membahas biografi, kualitas pribadi, dan lain-lain berkenaan dengan para periwayat hadis, sangat diperlukan.[6]
4.Menyimpulkan hasil penelitian sanad
Langkah berikutnya dalam penelitian sanad hadis ialah mengemukakan kesimpulan hasil penelitian. Kegiatan menyimpulkan itu merupakan kegiatan akhir bagi kegiatan penelitian sanad hadis.
Hasil penelitian pada akhirnya harus berisi natijah (konklusi). Dalam mengemukakan natijah harus disertai argument-argumen yang jelas. Semua argument dapat dikemukakan sebelum ataupun sesudah rumusan natijah dikemukakan. Isi natijah untuk hadis yang dilihat dari segi jumlah periwayatnya mungkin berupa pernyataan bahwa hadis yang bersangkutan berstatus mutawatir dan bila tidak demikian, maka hadis tersebut berstatus ahad.
Untuk hasil penelitian hadis ahad, maka natijahnya mungkin berisi pernyataan bahwa hadis yang bersangkutan berkualitas sahih, atau hasan, atau dha’if sesuai dengan apa yang telah diteliti.
Daftar pustaka
H.Ridlwan Nasir, MA.Dr.Prof “ Ulumul Hadis dan Musthalah Hadis” jombang 2008
M.Syuhudi Ismail Dr “Metodologi Penelitian Hadis Nabi” Jakarta, bulan bintang 1992
M.Syuhudi Ismail Dr ”Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah kritis dan tinjauan dengan pendekatan ilmu sejarah” Jakarta, bulan bintang, 1988