RK. Ali Tohir
menghidupkan Seni Hadrah yang Hampir
Terlupakan
Menyikapi kesenian terutama keberadaan seni hadrah yang tergabung dalam
Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) semakin terpinggirkan oleh zaman dan
jarang diminati halayak ramai. Hadrah merupakan Seni pembacaan salawat sebagai
bentuk kecintaan kepada sang baginda nabi yang diiringi dengan terbang (rebana)
dan gerakan gerakan juzz dan yahum
dari puluhan laki-laki (rodat) sudah jarang ditemui di tengah-tengah masyarakat
pada desa maupun kota pada umumnya. Namun keberadaanya lebih banyak di desa-desa
yang masih membudayakan seni hadrah dengan para rodatnya.
Berlatar dari keprihatinan dan keniscayaan
tentang seni hadrah muncul seorang sosok kiayi muda yang kharismatik di sebuah
desa terpencil RK. Ali Tohir Yz, S.Sy.yang terletak di dusun Sumber Gunung Desa
Palengaan Laok Kec.Palengaan, mampu menghidupkan budaya seni hadrah yang hampir
punah.
Berawal dari Pertemuan Jam’iyah hadrah antar Desa
Palengaan Laok dan Blu’uran yang diletakkan di Serambi Masjid Baitur Rohman
Sumber Gunung dipadati umat Islam dari berbagai generasi pada Selasa malam
sekitar bulan Maulid 1413H. Cuaca yang bersahabat membuat para pecinta Nabi berbondong-bondong
ke masjid yang umurnya beragam baik dari umur lebih dari setengah abad maupun
para remaja menggunakan pakaian putih dan berkopiah hitam dan putih.RK.Ali
Tohir Yz, S.Sy memberikan sambutan sebagai ketua panitia pertemuan kala
itu,sekaligus membuka yang ditandai pengguntingan pita Jam’iyah baru yang
diberi nama Jam’iyah Hadrah Nurur Rohman
sebagai tanda dimulainya kegiatan seni hadrah tersebut.
Selepas sambutan ketua panitia mereka para rombongan duduk bersama sambil
membacakan Shalawat Nabi dengan irigan
terbang. yang membuat mereka betah
berlama-lama duduk di serambi Masjid, selain karena kecintaanya kepada Baginda
Nabi, mereka juga menampilkan seni
hadrah bersama rodat yang ditampilkan Ikatan Seni Hadrah Indonesia
(ISHARI) cabang Palengaan-Bulu’ran. Tidak kurang dari 500 orang jamaah anggota
ISHARI yang datang untuk bershalawat bersama.
Seni hadrah memiliki pakem tersendiri baik dalam
lagu, pukulan terbang hingga tarian yang dilakukan puluhan hingga ratusan orang
jamaah laki-laki atau yang dikenal dengan istilah rodat. Sesuatu yang khas dari
kesenian ini ialah tarian yang dilakukan para rodat pun memiliki filosifi
tersendiri. Tidak hanya asal menari. rodat berasal dari Bahasa Arab dari kata
Roddat yang artinya bolak-balik. Para penari roddat itu memang selalu
bolak-balik dalam menggerakan tangan, badan serta anggota tubuh lainnya yang
dipimpin oleh seorang komando yg berada didepan dengan memberikan aba-aba
melalui tangan diangkat ke atas tinggi-tinggi yang serta merta para penari akan
meliat pergerakan aba-aba tersebut sambil mengiringi syair (yang dilagukan) yang
bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan
umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. dan
musik rebana (terbang) yang dinyanyikan secara bersama-sama (berjamaah).
Kami terus mengupayakan dan melakukan
pengembangan dari generasi ke generasi. Khususnya Generasi muda banyak direkrut
untuk melestarikan seni hadrah ini yang dulunya dikembangkan para ulama (alm.K.Moh.Yazid)
dikalangan pesantren,” terangnya kata beliau
RK. Ali Tohir Yz, S.Sy. dan terbukti kegiatan Jam’iyah hadrah Nurur
Rohman Sumber Gunung ini sudah berjalan rutin setiap minggu per ahad malam yang
beranggotakan 50 orang lebih yang mayoritas kaum muda.
Semoga Jam’iyah ini mendapatkan ridho Allah SWT
dan syafa’at Nabi Muhammad baik di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar