Senin, 06 Mei 2013

RK. Ali Tohir menghidupkan Seni Hadrah yang Hampir Terlupakan



RK. Ali Tohir menghidupkan Seni Hadrah yang Hampir Terlupakan
Menyikapi kesenian terutama keberadaan seni hadrah yang tergabung dalam Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) semakin terpinggirkan oleh zaman dan jarang diminati halayak ramai. Hadrah merupakan Seni pembacaan salawat sebagai bentuk kecintaan kepada sang baginda nabi yang diiringi dengan terbang (rebana) dan gerakan gerakan juzz dan yahum dari puluhan laki-laki (rodat) sudah jarang ditemui di tengah-tengah masyarakat pada desa maupun kota pada umumnya. Namun keberadaanya lebih banyak di desa-desa yang masih membudayakan seni hadrah dengan para rodatnya.
Berlatar dari keprihatinan dan keniscayaan tentang seni hadrah muncul seorang sosok kiayi muda yang kharismatik di sebuah desa terpencil RK. Ali Tohir Yz, S.Sy.yang terletak di dusun Sumber Gunung Desa Palengaan Laok Kec.Palengaan, mampu menghidupkan budaya seni hadrah yang hampir punah.
Berawal dari Pertemuan Jam’iyah hadrah antar Desa Palengaan Laok dan Blu’uran yang diletakkan di Serambi Masjid Baitur Rohman Sumber Gunung dipadati umat Islam dari berbagai generasi pada Selasa malam sekitar bulan Maulid 1413H. Cuaca yang bersahabat membuat para pecinta Nabi berbondong-bondong ke masjid yang umurnya beragam baik dari umur lebih dari setengah abad maupun para remaja menggunakan pakaian putih dan berkopiah hitam dan putih.RK.Ali Tohir Yz, S.Sy memberikan sambutan sebagai ketua panitia pertemuan kala itu,sekaligus membuka yang ditandai pengguntingan pita Jam’iyah baru yang diberi nama Jam’iyah Hadrah Nurur Rohman sebagai tanda dimulainya kegiatan seni hadrah tersebut.
Selepas sambutan ketua panitia mereka para rombongan duduk bersama sambil membacakan Shalawat  Nabi dengan irigan terbang.  yang membuat mereka betah berlama-lama duduk di serambi Masjid, selain karena kecintaanya kepada Baginda Nabi, mereka juga  menampilkan seni hadrah bersama rodat yang ditampilkan  Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) cabang Palengaan-Bulu’ran. Tidak kurang dari 500 orang jamaah anggota ISHARI yang datang untuk bershalawat bersama.
Seni hadrah memiliki pakem tersendiri baik dalam lagu, pukulan terbang hingga tarian yang dilakukan puluhan hingga ratusan orang jamaah laki-laki atau yang dikenal dengan istilah rodat. Sesuatu yang khas dari kesenian ini ialah tarian yang dilakukan para rodat pun memiliki filosifi tersendiri. Tidak hanya asal menari. rodat berasal dari Bahasa Arab dari kata Roddat yang artinya bolak-balik. Para penari roddat itu memang selalu bolak-balik dalam menggerakan tangan, badan serta anggota tubuh lainnya yang dipimpin oleh seorang komando yg berada didepan dengan memberikan aba-aba melalui tangan diangkat ke atas tinggi-tinggi yang serta merta para penari akan meliat pergerakan aba-aba tersebut sambil mengiringi syair (yang dilagukan) yang bersumber dari Kitab Al-Berzanji, sebuah kitab sastra yang terkenal di kalangan umat Islam yang menceritakan sifat-sifat Nabi dan keteladanan akhlaknya. dan musik rebana (terbang) yang dinyanyikan secara bersama-sama (berjamaah).
Kami terus mengupayakan dan melakukan pengembangan dari generasi ke generasi. Khususnya Generasi muda banyak direkrut untuk melestarikan seni hadrah ini yang dulunya dikembangkan para ulama (alm.K.Moh.Yazid) dikalangan pesantren,” terangnya kata beliau  RK. Ali Tohir Yz, S.Sy. dan terbukti kegiatan Jam’iyah hadrah Nurur Rohman Sumber Gunung ini sudah berjalan rutin setiap minggu per ahad malam yang beranggotakan 50 orang lebih yang mayoritas kaum muda.
Semoga Jam’iyah ini mendapatkan ridho Allah SWT dan syafa’at Nabi Muhammad baik di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.amin


Tidak ada komentar: