1. Pengertian Kepemilikan (Milkiyah)
Milkiyah menurut bahasa berasal dari kata ( ملك )
artinya sesuatu yang berada dalam
kekuasaannya, sedang milkiyah menurut istilah adalah suatu harta atau barang yang secara hukum dapat dimiliki
oleh seseorang untuk dimanfaatkan dan dibenarkan untuk dipindahkan
kepada orang lain.
2. Sebab-sebab Kepemilikan
Harta benda
atau barang dan jasa dalam
Islam harus jelas
status kepemilikannya, karena
dalam kepemilikan itu terdapat hak-hak dan kewajiban terhadap barang atau jasa, misalnya kewajiban zakat
itu apabila barang dan jasa itu telah
menjadi miliknya dalam waktu tertentu. Kejelasan status kepemilikan dapat
dilihat melalui sebab-sebab berikut:
a. Barang atau harta itu belum ada pemiliknya secara
sah (Ihrazul Mubahat).
Contohnya : Ikan di sungai, ikan di laut, hewan buruan,
Burung-burung di alam bebas, air hujan
dan lain-lain.
b. Barang
atau harta itu dimiliki karena melalui akad (bil Uqud), contohnya: lewat jual beli, hutang piutang, sewa
menyewa, hibah atau pemberian dan lain-lain.
c. Barang
atau harta itu dimiliki karena warisan (bil
Khalafiyah), contohnya: mendapat bagian harta pusaka dari orang tua,
mendapat barang dari wasiat ahli waris.
d. Harta
atau barang yang didapat dari perkembangbiakan ( minal mamluk).
Contohnya
: Telur dari ayam yang dimiliki, anak sapi dari sapi yang dimiliki dan lain-lain.
3.
Macam-macam Kepemilikan
Kepemilikan
terhadap suatu harta ada tiga macam, yaitu :
a. Kepemilikan
penuh (milk-ta¯m), yaitu penguasaan dan pemanfaatan
terhadap benda atau harta yang dimiliki secara bebas dan dibenarkan
secara hukum.
b. Kepemilikan
materi, yaitu kepemilikan seseorang terhadap benda atau barang terbatas kepada
penguasaan materinya saja.
c. Kepemilikan
manfaat, yaitu kepemilikan seseorang terhadap benda atau barang terbatas kepada
pemanfaatannya saja, tidak dibenarkan secara hukum
untuk menguasai harta itu.
Menurut
Dr. Husain Abdullah kepemilikan dapat dibedakan menjadi :
a. Kepemilikan pribadi (Individu), yaitu suatu
harta yang dimiliki seseorang atau kelompok, namun bukan untuk umum, Contohnya:
rumah, mobil, sawah dan lain-lain
b. Kepemilikan publik (umum), yaitu harta yang
dimiliki oleh banyak orang. Contohnya:
Jalan Raya, laut, lapangan olah raga dan lain-lain.
c. Kepemilikan Negara
Contohnya: Gedung Sekolah Negeri,
Gedung Pemerintahan, Hutan dan lain-lain.
4.
Ih.razul
Mubaha.t dan Khalafiyah
a.
Ihrazul Mubahat
1). Pengertian Ih.razul
Mubahat (Barang bebas), maksudnya adalah bolehnya seseorang memiliki harta
yang tidak bertuan (belum dimiliki
oleh seseorang atau kelompok).
2). Syarat Ih.razul
Mubahat, syarat untuk terpenuhinya ihrazul mubahat adalah sebagai berikut :
a. Benda atau harta yang ditemukan itu belum ada yang memilikinya.
b.
Benda
atau harta yang ditemukan itu memang dimaksudkan untuk dimilikinya.

b.
Khalafiyah
1). Pengertian Khalafiyah
Khalafiyah adalah
bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru ditempat yang lama yang sudah
tidak ada dalam berbagai macam hak.
2). Macam-macam Khalafiyah
a)
Khalafiyah Syakhsyun ’an syakhsyin( ) (seseorang
terhadap seseorang) adalah
kepemilikan suatu harta dari harta yang ditinggalkan oleh pewarisnya, sebatas
memiliki harta bukan
mewarisi
hutang si pewaris.
b)
Khalafiyah syai’un ‘an syai’in ( ) (sesuatu terhadap
sesuatu) adalah kewajiban seseorang
untuk mengganti harta / barang milik orang lain yang dipinjam karena rusak atau
hilang sesuai harga dari barang tersebut.
5.
Ih.ya¯ul Mawa¯t ( )

a.
Pengertian Ih.yaul Mawa¯t
Ih.yaul Mawa¯t ialah
upaya untuk membuka lahan baru atas tanah yang belum ada pemiliknya. Misalnya,
membuka hutan untuk lahan pertanian, menghidupkan lahan tidur menjadi produktif
yang berasal dari rawa-rawa yang tidak produktif atau tanah tidur lainnya agar
menjadi produktif.
a.
Hukum Ihyaul Mawat
Menghidupkan lahan yang mati hukumnya
boleh (mubah) berdasarkan hadits
|
“Barang siapa yang menghidupkan tanah mati, maka tanah itu
menjadi haknya, orang yang mengalirkan air dengan dzalim tidak mempunyai
haknya”(HR. Abu
Daud, An-Nasa’i dan Tirmizi).
b.
Syarat membuka
lahan baru
1). Tanah yang dibuka itu cukup hanya untuk
keperluannya saja, apabila lebih orang lain boleh mengambil sisanya.
2). Ada kesanggupan dan cukup alat untuk
meneruskannya, bukan semata-mata sekedar untuk menguasai tanahnya saja.
c.
Hikmah Ihyaul Mawat
1).
Mendorong
manusia untuk bekerja keras dalam mencari rezeki.
2). Munculnya rasa kemandirian dan percaya diri
bahwa di dalam jagad raya ini terdapat potensi alam yang dapat dikembangkan
untuk kemaslahatan hidup.
3). Termanfaatkannya potensi alam sebagai
manifestasi rasa syukur kepada Allah
atas kemampuan manusia dalam bidang IPTEK.
6.
Hikmah Kepemilikan
Ada
beberapa hikmah disyariatkannya kepemilikan dalam Islam, antara lain:
a.
Terciptanya
rasa aman dan tenteram dalam kehidupan bermasyarakat.
b.
Terlindunginya
hak-hak individu secara baik.
c.
Menumbuhkan
sikap kepedulian terhadap fasilitas-fasilitas
umum.
d.
Timbulnya rasa
kepedulian sosial yang semakin tinggi.
B.
Akad
1.
Pengertian dan Dasar Hukum Akad
Akad menurut bahasa artinya ikatan atau persetujuan,
sedangkan menurut
istilah akad adalah transaksi atau kesepakatan antara
seseorang (yang menyerahkan) dengan orang lain (yang menerima) untuk
pelaksanaan suatu perbuatan. Contohnya : akad jual beli, akad sewa menyewa,
akad pernikahan
2.
Rukun akad dan Syarat akad
Adapun rukun akad adalah :
a.
Dua orang atau
lebih yang melakukan akad (transaksi) disebut
Aqidain.
b.
Sighat (Ijab
dan Qabul).
c.
Ma’qud ‘alaih (sesuatu yang diakadkan).
Sementara itu syarat akad adalah sebagai berikut :
a. Syarat orang yang bertransaksi antara lain :
berakal, baligh, mumayis dan orang
yang dibenarkan secara hukum untuk melakukan
akad.
b. Syarat barang yang diakadkan antara lain :
bersih, dapat dimanfaatkan, milik orang yang melakukan akad dan barang
itu diketahui keberadaannya.
c. Syarat sighat: dilakukan dalam satu majlis,
ijab dan qabul harus ucapan yang
bersambung, ijab dan qabul merupakan pemindahan hak dan tanggung jawab.
3. Macam-macam Akad
Ada beberapa macam akad, antara lain:
a.
Akad lisan,
yaitu akad yang dilakukan dengan cara pengucapan lisan.
b.
Akad
tulisan, yaitu akad yang dilakukan secara tertulis, seperti perjanjian pada
kertas bersegel atau akad yang melalui akta
notaris.
c.
Akad
perantara utusan (wakil), yaitu akad yang dilakukan dengan melalui utusan atau
wakil kepada orang lain agar bertindak atas nama pemberi mandat.
d.
Akad isyarat, yaitu
akad yang dilakukan
dengan isyarat atau kode tertentu.
e.
Akad Ta’at.i (saling memberikan), akad yang sudah berjalan secara
umum.
Contoh: beli makan di warung, harga dan pembayaran
dihitung pembeli tanpa tawar menawar.
4.
Hikmah Akad
Ada beberapa hikmah dengan disyariatkannya akad dalam
muamalah, antara lain:
a.
Munculnya
pertanggung jawaban moral dan material.
b.
Timbulnya rasa
ketentraman dan kepuasan dari kedua belah pihak.
c.
Terhindarnya
perselisihan dari kedua belah pihak.
d.
Terhindar dari
pemilikan harta secara tidak sah.
e.
Status
kepemilikan terhadap harta menjadi jelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar